Yang tidak disangka, sebelum ritual akhir seperti “mengangukkan kepala sambil menggigil kegelian,” mendadak ia merasa ada yang mengangkatnya atau tepatnya mendorongnya masuk sungai.
Dan beliau baru sadar setelah supirnya yang datang hendak menjemputnya keheranan melihat sang tuan basah kuyup dalam air.
Cerita ini bisa saja di bantah dengan alasan
terpeleset lantaran pinggiran memang sungai bekas Batu yang
ambles dijejak Raja Purnawarman sampai meninggalkan bekas telapak kaki
memang licin.
Foto replika batu ini ini saya ambil menjelang
salat Jumat di kampus Tarumanagara III – Cilandak. Saya salut kepada
pihak kampus yang memberi warna “purbakala” dengan membuat replika yang
ada hubungannya dengan nama yang disandang sehingga nyambung.
Sayang sekali kampus yang nampak megah
sekalipun terkesan sepi ketika saya masuk kedalam wc-nya sangat berbau
bangkai mungkin ada tikus mati didalam salah satu WC yang cukup banyak
disana.
Akibatnya para jamaah terpaksa berwudhu di kakus,
atau pemandangan yang kurang tepat mengangkat kaki ke atas wastafel yang
seharusnya untuk cuci tangan.
Di kampus ini pada hari tertentu seperti Jumat
Gedung Olah Raga dan Seni disulap sementara menjadi tempat salat.
Sesuatu yang sangat dipujikan